Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan kebangkitan komunitas online kontroversial yang dikenal sebagai Laskar89. Kelompok ini terkenal karena retorikanya yang provokatif dan memecah belah, sehingga memicu perdebatan sengit dan kritik luas.

Asal usul Laskar89 dapat ditelusuri kembali setelah pemilu presiden Indonesia tahun 2019, yang menyaksikan petahana Joko Widodo mendapatkan masa jabatan kedua. Banyak pendukung lawannya, Prabowo Subianto, kecewa dan marah, karena percaya bahwa pemilu tersebut dicurangi dan menguntungkan Widodo. Dalam iklim ketegangan dan polarisasi politik inilah Laskar89 muncul.

Nama “Laskar89” diambil dari tahun 1989, yang berarti bagi kelompok tersebut karena menandai tahun ketika Prabowo Subianto lulus dari Akademi Militer Indonesia. Kelompok ini memandang dirinya sebagai pembela Prabowo dan para pendukungnya, dan sangat setia pada perjuangannya.

Salah satu motivasi utama di balik pembentukan Laskar89 adalah kebencian yang mendalam terhadap pemerintah dan media arus utama, yang dianggap bias dan korup oleh kelompok tersebut. Anggota Laskar89 sering menuduh pemerintah menekan perbedaan pendapat dan memanipulasi opini publik, dan mereka melihat diri mereka sebagai suara bagi kelompok yang terpinggirkan dan kehilangan haknya.

Namun, para pengkritik Laskar89 berargumentasi bahwa taktik yang dilakukan kelompok ini seringkali menghasut dan memecah belah, serta berpotensi memicu kekerasan dan semakin mempolarisasi masyarakat Indonesia. Kelompok ini dituduh menyebarkan berita palsu dan terlibat dalam pelecehan online, sehingga menimbulkan seruan untuk regulasi yang lebih ketat terhadap konten online dan platform media sosial.

Terlepas dari kontroversi ini, Laskar89 terus menarik banyak pengikut di media sosial, di mana para anggotanya sering terlibat dalam perdebatan sengit dengan kritikus dan penentang. Identitas dan kesetiaan kelompok ini yang kuat terhadap gerakannya telah membantunya mengatasi kritik dan mempertahankan kehadirannya di dunia online.

Ketika Indonesia bergulat dengan tantangan polarisasi politik dan manipulasi media sosial, kemunculan kelompok seperti Laskar89 menjadi pengingat akan kekuatan dan pengaruh komunitas online dalam membentuk wacana publik. Memahami asal muasal dan motivasi kelompok seperti Laskar89 sangat penting dalam mengatasi penyebab mendasar dari retorika mereka yang memecah belah dan menemukan cara untuk mendorong dialog konstruktif dan rekonsiliasi dalam masyarakat Indonesia.

Tags: